GALERY DISTRO CENTRE

web site tentang pertanian

Membeli Bibit
TAMPIL WAJAR
Tips pertama yang harus diperhatikan adalah jangan membuka peluang atau memancing penjual untuk berbohong. Yang dimaksud dengan membuka peluang disini ialah kondisi sehingga memudahkan bagi penjual untuk melakukan penipuan. Termasuk ke dalam kategori ini menciptakan misalnya bersikap terlalu awam dalam masalah bibit tanaman. Sikap seperti ini dapat mengundang penjual untuk menipu karena menganggap pembeli mudah dibohongi. Tampillah secara wajar dan tidak kelihatan awam sekali, tetapi tidak pula berlebihan atau sok tahu.

Pembeli disarankan tidak bertanya kepada penjual langsung ke tujuan atau tendensius. Sebagai contoh, untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu varietas tanaman yang akan dibeli (misalnya varietas A) lebih baik digunakan pertanyaan: “Apakah ini bibit varietas A atau B?”. Pertanyaan seperti ini tentunya akan dijawab dengan varietas A, B atau jenis varietas lainnya. Jika pertanyaan kita meleset biasanya penjual dengan sendirinya akan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan varietas A adalah yang ini, sedangkan bibit varietas B adalah yang itu. Lain halnya bila pertanyaan kita tendensius, misalnya: “Apakah bibit A ada?”. Jawaban atas pertanyaan seperti ini ada dua kemungkinan. Jika penjualnya jujur maka jawabannya jujur, apa adanya. Namun jika penjualnya tidak jujur maka tanpa berpikir panjang akan menjawab ada, walaupun varietas yang disodorkan mungkin varietas lain.

MEREBUT HATI PENJUAL
Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menjanjikan akan menjadi langganan bila bibit yang dibeli ini ternyata baik dan sesuai keinginan. Dengan cara seperti ini, penjual akan berusaha melayani pembeli sebaik mungkin dan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pembeli. Dengan demikian, akan tercipta hubungan yang positif, terbuka, dan penjual akan berusaha untuk tidak mengecewakan pembelinya

MENCOBA DALAM SKALA KECIL DAHULU
Pembelian dalam partai besar sebaiknya dilakukan dengan membeli dalam jumlah sedikit dahulu. Jika bibit yang dibeli terbukti baik maka pembelian dapat dilanjutkan dalam partai besar. Untuk keperluan seperti ini, tentunya diperlukan waktu ekstra untuk pengujian. Namun, untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya tidak salah kalau mengorbankan sedikit waktu.

TELITI SEBELUM MEMBELI
Dalam pembelian bibit, ketelitian memang sangat diperlukan karena banyak hal yang harus dicermati. Mulai dari cara perbanyakan, macam varietas, sampai kualitasnya memerlukan ketelitian untuk mengamatinya. Jika tidak teliti, kita dapat tertipu membeli " batang yang ditancapkan" (bukan bibit) dengan harga yang mahal.
untuk keterangan lebih lanjut anda dapat menghubungi:


laibo2003@yahoo.com

Kiat Membeli Durian di Pinggir Jalan
Untuk mengurangi perasaan tertipu ketika membeli durian, berikut ini disajikan beberapa patokan dalam memilih durian di pinggir jalan, walaupun tidak selalu tepat namun dapat dijadikan pegangan secara umum :
a. Pilih buah yang kelima juringnya terisi sempurna. Kalau ada juring yang kosong (tidak berisi daging buah), biasanya bentuk buah menjadi tidak simetris (melengkung), duri mengecil, dan mengumpul.
b. Periksa seluruh permukaan kulit buah, jangan sampai ada lubang bekas ulat. Biasanya lubang ini berukuran sebesar kepala jarum pentul, kulit di sekelilingnya menjadi kecoklatan, dan sering terdapat bekas kotoran ulat (kalau belum dibersihkan oleh si penjual). Jangan percaya kalau si penjual mengatakan : "Aah, ini nggak apa-apa, cuma luarnya saja kok!", karena di dalamnya daging sudah habis dan ulatnya gemuk-gemuk!
c. Pilih bentuk buah yang bulat membola karena biasanya mempunyai daging buah yang lebih tebal daripada buah yang berbentuk bulat memanjang. Ini logis karena ruang untuk daging buah menjadi lebih lebar, dan pembengkakan ini menyebabkan kulitnya agak lebar.
d. Jangan membeli buah durian yang dibungkus dengan daun aren, karena daun tersebut dapat menyembunyikan bagian yang cacat atau mungkin ujung kulit buahnya ternyata sudah merekah, sehingga dagingnya sudah masuk angin.
e. Durian yang sudah masak biasanya beraroma tajam, terutama pada bagian ujung buah. Perhatikan agar kulit di ujung buah belum merekah, tapi sudah mengeluarkan aroma. Tetapi berhati-hati jugalah pada ulah penjual yang nakal, karena dapat saja durian mentah diciprati oleh air cucian tangan (kobokan) orang yang baru saja makan durian, sehingga durian mentah pun dapat beraroma semerbak.
f. Durian yang sudah masak juga bisa diketahui dari suara gema bila kulitnya dipukul menggunakan gagang (tangkai) pisau. Bila bunyinya "...bluk...bluk...bluk..." itu tandanya buah sudah masak betul. Sebaliknya bila bunyinya "...plek...plek...plek..." tandanya belum enak dimakan. Seorang penjual durian yang sudah ahli bahkan cukup menggarukkan kukunya di atas duri-duri tajam, dan dengan ketajaman telinganya sudah bisa "mendengar" mana durian yang masak dan mana yang masih mentah.
g. Tangkai buah yang dipotong dengan pisau menunjukkan bahwa buah dipetik sebelum masak (mengkal), sehingga baru enak dimakan setelah diperam selama 2-3 hari. Durian jatuhan mempunyai ciri ujung tangkai buah yang tidak rata karena lepas dari dahannya secara alami, berarti buah tersebut sudah enak untuk langsung dimakan.
h. Tebal tipisnya daging durian dapat juga ditebak dari ketebalan tangkai buahnya. Tangkai buah yang tebal dan pendek cenderung menghasilkan daging buah yang tebal, karena semakin besar diameter dan semakin pendek tangkai buahnya maka akan semakin cepat dan banyak karbohidrat masuk dari daun ke dalam buah, sehingga akhirnya daging buah menjadi lebih tebal. Sebaliknya, bila tangkai buah kurus dan panjang, maka daging buah yang dihasilkan cenderung tipis.
i. Untuk menentukan apakah ukuran biji besar atau kecil, angkatlah dua buah durian yang besarnya sama. bila salah satu terasa lebih ringan, maka isinya berbiji kecil, dan kemungkinan daging yang dapat dimakan lebih banyak.
j. Buah yang berduri kecil dan rapat cenderung berdaging lembek (kadar airnya tinggi), sedangkan buah yang berduri besar dan jarang akan berdaging lebih kering.
k. Warna daging buah agak sulit untuk ditebak dari penampilan luar buah durian. Tetapi ketika masih di pohonnya, coba tengok warna bagian belakang daunnya. Bagian atas daun jelas berwarna haijau, tetapi bagian belakangnya dapat berwarna keperakan atau keemasan. Daun yang keperakan biasanya menghasilkan buah berdaging putih, sedangkan daun yang keemasan akan berdaging buah kekuningan.
l. Jangan membeli buah yang berukuran terlalu besar (lebih dari 4 kg), karena seringkali daging buahnya masak tidak merata. Bagian tengah dan ujung sudah cukup empuk dan enak dimakan, tetapi bagian pangkalnya masih keras dan belum manis.
m. Bila satu buah contoh yang dibuka ternyata berkualitas baik, maka carilah buah dari varietas yang sama (berasal dari satu pohon), karena besar kemungkinan kualitasnya akan sama pula. Cirinya adalah warna kulit, bentuk duri, dan bentuk buah sama.


Tata Cara Membawa Bibit Durian

Bibit durian beserta media tanaman dalam polybag yang baru kita beli, biasanya akan repot bila kita bawa ke tempat jauh. Selain berat, pengepakannya seringkali banyak menyita tempat. Risiko kematian bibit terhitung tinggi setelah bibit tersebut sampai ke tujuan. Untuk mengatasinya, berikut ada tips dalam membawa bibit durian ke tempat jauh.
Ukuran bibit jangan terlalu besar ± 50-60 cm/ berumur 7-9 bulan setelah diokulasi. Keadaan tidak dalam pertumbuhan aktif atau tunasnya sedang dalam keadaan dorman, yang ditandai helaian daun dekat pucuk tanaman telah tebal dan hijau tua warnanya.
Akar dicuci bersih. Setelah bibit kita keluarkan dari polybag, tanahnya kita buang dengan hati-hati agar akar tidak rusak. Cuci akar sampai bersih.
Dibalut dengan mos kadaka. Akar durian kita balut dengan mos kadaka yang basah. Mos yang dipakai berasal dari pelapukan jaringan tumbuhan epifit Asplenium nidus.
Dibungkus plastik transparan. Bibit yang telah terbalut mos, selanjutnya dibungkus plastik transparan yang telah diberi lubang-lubang kecil. Dengan dibungkus, balutan mos bisa tetap menggumpal, dan lubang-lubang kecil pada plastik itu berfungsi untuk memudahkan penyiraman dan pengeluaran air yang berlebihan.
Dideder di tempat teduh. Setelah diberi label varietas duriannya, bibit itu dideder di tempat teduh atau ditaruh di bawah naungan yang penyinarannya sekitar 25-40 %. Selama pendederan, penyiraman dilakukan setiap 4-5 hari sekali, dengan cara menyiramkan bagian yang terbungkus plastik itu dalam sember air. Setelah ± 4 minggu, bibit telah kuat, segar, dan tampak akar - akar baru mulai tumbuh di sela-sela mos.
Cara membawa atau mengirim bisa dengan mengepaknya dalam peti kayu yang berventilasi atau ditenteng dalam kantung plastik.
Dideder kembali sebelum ditanam. Bibit harus sampai di tempat tujuan paling lambat empat hari setelah dibawa atau dikirimkan. Kalau tidak, akan banyak bibit yang mati karena mosnya telah mengering. Begitu sampai di tempat tujuan, bibit itu segera dipindah kembali dalam polybag yang media tanamnya campuran tanah dengan pupuk kandang. Bibit itu harus dideder dulu di tempat teduh selama 1-2 bulan, agar beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Selanjutnya bisa ditanam di kebun.(Sumber : Majalah Trubus)


laibo2003@yahoo.com

Kiat Memanen Buah yang Tepat
Untuk memperloleh buah yang berkualitas, perlu penanganan secara tepat dan hati-hati pada saat panen, pengemasan, pengangkutan, serta waktu penyimpanan.
Untuk berbagai jenis buah kiat-kiat pemanenan berikut bisa dipraktekkan.
Mangga
Termasuk buah klimaterik, artinya meskipun buah dipetik muda masih mengalami proses pematangan. Tingkat kematangan terbaik dipanen pada umur 95-110 hari setelah bunga mekar, seperti pada mangga golek. Pada umur tersebut bentuk buah sudah padat berisi. Kulit buah terlapisi lilin yang berwarna putih seperti bedak. Lentisel pada kulti buah kelihatan lebih besar dan lebih nyata. Buah mangga tua apabila dicelupkan dalam air akan tenggelam. Mangga dipanen dengan galah yang dilengkapi dengan penampung buah atua songkok. Bila terjangkau, buah dipanen dengan tangan. Sisakan tangkai buah kurang lebih 1 cm. Panen dilakukan agak siang. Hal ini dimaksudkan agar produksi getahnya agak berkurang. Getah yang berlebihan dan menempel pada kulti buah dapat menurunkan mutu.
Rambutan
Pemanenan dilakukan setelah warna kulit buah merah untuk varietas binjai, aceh lebak, dan simacan. Sedangkan untuk varietas jenis rapiah dipanen saat kulit buahnya merah kekuningan. Buah dipanen dengan cara memotong tangkai buah dengan gunting atau galah yang dilengkapi dengan pisau. Total Padatan Terlarutnya (TPT) antara 15-20% atau tergantung jenisnya.
Nenas
Apabila kulit nenas sudah berwarna kekuningan 20-65%, kita dapat melakukan panen. Pada tingkat itu kandungan TPT sekitar 11-18%. Buah dipanen dengan menggunakan tangan atau pisau. Daun pada bagian bawah dibuang dan tangkai disisakan sepanjang 5 cm.
Apel
Biasanya dipanen setelah berumur 100-160 hari, paling baik 140 hari setelah bunga mekar karena diameter buah sudah maksimum. Panen dilakukan secara hati-hati pada saat udara cerah. Panen saat cuaca lembab dapat menyebabkan buah apel menjadi rusak dan mudah terserang jamur.
Pisang
Stadia kematangan optimal dapat dilihat dari bentuknya yang penuh kandungan pati mencapai 20% dan kandungan gula 0,5%. Pisang sebaiknya dipanen pada pagi atau sore hari, dengan menebang tanaman setinggi 3/4 bagian agar tandan buah rebah ke bawah sehingga memudahkan panen. Tandan buah dipotong-potong bentuk sisir. Getahnya ditiriskan sebelum diperam.
(sumber: Sinar Tani, 2 - 8 Mei 2001)


kacang tanah
kacang tanah( Arachis hypogeae L.)
I. UMUM 1.1. Sejarah SingkatKacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman berkembang yang dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis.Nama lain dari kacang tanah adalah kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah "peanut" atau "groundnut".1.2. Sentra PenanamanDi tingkat Internasional mula-mula kacang tanah terpusat di India, Cina, Nigeria, Amerika Serikat dan Gombai, kemudian meluas ke negara lain. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi dan kini telah ditanam di seluruh Indonesia.1.3. Klasifikasi TanamanSistematika kacang tanah adalah sebagai berikut:Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhanDivisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbijiSub Divisi : Angiospermae atau berbiji tertutupKlas : Dicotyledoneae atau biji berkeping duaOrdo : LeguminalesFamili : PapilionaceaeGenus : ArachisSpesies : Arachis hypogeae L.; Arachis tuberosa Benth.; Arachis guaramitica Chod & Hassl.; Arachis idiagoi Hochne.; Arachis angustifolia (Chod & Hassl) Killip.; Arachis villosa Benth.; Arachis prostrata Benth.; Arachis helodes Mart.; Arachis marganata Garden.; Arachis namby quarae Hochne.; Arachis villoticarpa Hochne.; Arachis glabrata Benth.Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:a) Daya hasil tinggi.b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari.c) Hasilnya stabil.d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun).e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek.Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu:a. Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).b. Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).c. Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang "Waspada" karena memang berbeda varietas. 1.4. Manfaat TanamanDi bidang industri, digunakan sebagai bahan untuk membuat keju, mentega, sabun dan minyak goreng. Hasil sampingan dari minyak dapat dibuat bungkil (ampas kacang yang sudah dipipit/diambil minyaknya) dan dibuat oncom melalui fermentasi jamur. Manfaat daunnya selain dibuat sayuran mentah ataupun direbus, digunakan juga sebagai bahan pakan ternak serta pupuk hijau. Sebagai bahan pangan dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kacang tanah mengandung lemak (40,50%), protein (27%), karbohidrat serta vitamin (A, B, C, D, E dan K), juga mengandung mineral antara lain Calcium, Chlorida, Ferro, Magnesium, Phospor, Kalium dan Sulphur. II. SYARAT PERTUMBUHAN2.1. Iklima. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.b. Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 28-32 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.c. Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. d. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. 2.2. Media Tanama. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.b. Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0-6,5. c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah. 2.3. Ketinggian TempatKetinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA3.1. Pembibitan3.1.1. Persyaratan BenihSyarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:a) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.3.1.2. Penyiapan BenihPenyiapan benih kacang tanah meliputi hal-hal sebagai berikut:a. Benih dilakukan secara generatif (biji).b. Benih sebaiknya tersimpan dalam kaleng kering dan tertutup rapat.c. Benih yang baik tersimpan dalam keadaan kering yang konstan.d. Benih diperoleh dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.e. Perkiraan kebutuhan benih dapat mengikuti rumus sebagai berikut:B = a x b x c kg100 x p x qB = bobot benih (kg)a = Jumlah benih/lubang;b = Bibit per-1000 biji (g)c = Lokasi yang akan ditanam (hektar)p = Jarak antar barisan (m)q = Jarak dalam barisan (m) 3.2. Pengolahan Media Tanam3.2.1. PersiapanPengukuran luas lahan sangat berguna untuk mengetahui berapa jumlah benih yang dibutuhkan. Kondisi lahan yang terpilih harus disesuaikan dengan persyaratan tanaman kacang tanah.3.2.2. Pembukaan LahanPembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor. Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami. 3.2.3. Pembentukan Bedengan Untuk memudahkan pengaturan penanaman dilakukan pembedengan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, yaitu untuk lereng agak curam jarak tanam cukup 0,5 m dan untuk lahan yang tidak begitu miring bisa antara 30-40 meter. Sedangkan untuk tanah datar, luas bedengan adalah 10 - 20 meter atau 2 x 10 meter. Ketebalan bedengan antara 20-30 cm. 3.2.4. PengapuranUntuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam. 3.2.5. PemupukanPemupukan adalah untuk menambah unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. Jenis dan dosis pupuk setiap hektar yang dianjurkan adalah Urea=60-90 kg ditambah TSP=60-90 kg ditambah KCl=50 kg. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam. Pupuk dimasukkan di kanan dan kiri lubang tugal dan tugal dibuat kira-kira 3 cm.3.3. Teknik Penanaman3.3.1. Penentuan Pola TanamPola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 20 cm. Pada tanah yang kurang subur dapat ditanam lebih rapat yaitu 40 x 10 cm atau 20 x 20 cm. 3.3.2. Pembuatan Lubang TanamLubang tanam dibuat sedalam 3 cm dengan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.3.3.3. Cara PenanamanPilih benih kacang yang telah memenuhi syarat benih bermutu tinggi. Masukan benih satu atau dua butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering adalah pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II). Sedangkan untuk lahan bukaan terlebih dahulu dilakukan inokulasi rhizobium (benih dicampur dengan inokulan dengan dosis 4 gram/kg) kemudian benih langsung ditanam paling lambat 6 jam.3.4. Pemeliharaan Tanaman3.4.1. PenyulamanPenyulaman dilakukan bila ada benih yang mati atau tidak tumbuh, untuk penyulaman waktunya lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).3.4.2. PenyianganPenyiangan dilakukan untuk menghindari hama dan penyakit tanaman. Juga agar tanaman yang ditanam tidak bersaing dengan tanaman liar (gulma) pada umur 5-7 hari.3.4.3. PembubunanPembubunan dilakukan dengan cara mengumpulkan tanah di daerah barisan sehingga membentuk gundukan yang membentuk memanjang sepanjang barisan tanaman. 3.4.4. PemupukanPemupukan dilakukan dengan jenis dan dosis pupuk yang dianjurkan yaitu Urea=60-90 kg/ha ditambah TSP=60-90 kg/ha ditambah KCl=50 kg/ha. Semua dosis pupuk diberikan pada saat tanam dan pupuk dimasukan dikanan kiri lubang tunggal.3.4.5. Pengairan dan PenyiramanPengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau diberikan mulsa dan pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat menggganggu penyerbukan.3.4.6. Waktu Penyemprotan PestisidaPenyemprotan untuk mengusir ataupun memberantas hama tanaman hendaknya dilakukan pada sore atau malam hari. Obat yang digunakan maupun dosis sesuai dengan jenis hama yang menyerang tanaman tersebut.3.4.7. Pemeliharaan LainHal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, asalkan tidak memerlukan biaya yang berarti, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).3.5. Hama dan Penyakit3.5.1. Hamaa. UretGejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman terserang dicabut dan uret dimusnahkan. b. Ulat berwarnaGejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D. c. Ulat grapyakGejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate L, Azodrin 15 W5C. d. Ulat jengkalGejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan insektisida Basudin 60 EC Azodrin 15 W5C, Lannate L Sevin 85 S. e. SikadaGejala: menghisap cairan daun. Pengendalian: (1) penanaman serempak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan insektisida lannate 25 WP, Lebaycid 500 EC, Sevin 5D, Sevin 85 S, Supraciden 40 EC. f. Kumbang daunGejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan Agnotion 50 EC, Azodrin 15 W5C, Diazeno 60 EC. 3.5.2. Penyakita. Penyakit layuPengendalian: penyemprotan Streptonycin atau Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400 liter/ha. b. Penyakit sapu setanPengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan). c. Penyakit bercak daunPengendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 % atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali. d. Penyakit mozaikPengendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak tanaman itu baru tumbuh. e. Penyakit gapongPengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya, kemudian baru diberi DD (Dichloropane Dichloropene 40-800 liter/ha per aplikasi. f. Penyakit SclertiumPengendalian: membakar tanaman yang terserang cendawan. g. Penyakit karatPengendalian: tanaman yang terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan harus dibasmi. 3.6. Panen3.6.1. Ciri dan Umur PanenUmur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:a) Batang mulai mengeras.b) Daun menguning dan sebabian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.3.6.2. Cara PanenPencabutan tanaman, lalu memetik polong (buahnya) terus bersihkan dan dijemur matahari, memilih bila diperlukan untuk benih dan seterusnya dilakukan penyimpanan, untuk konsumsi bisa di pasarkan langsung atau bisa langsung dibuat berbagai jenis produk makanan.3.6.3. Perkiraan ProduksiJumlah produksi panen yang normal dalam satuan luas, misalnya untuk lahan seluas satu hektar produksi normal berkisar antara 1,5-2,5 ton polong kering.3.7. Pascapanen3.7.1. PengumpulanKumpulkan brangkasan tanaman kacang tanah ditempat strategis.3.7.2. Penyortiran dan PenggolonganPilah-pilah polong yang tua dan polong yang muda untuk dipisahkan berdasarkan derajat ketuaannya, lalu seleksi polong yang rusak atau busuk untuk dibuang.3.7.3. Penyimpanana. Penyimpanan dalam bentuk polong kering, masukan polong kering kedalam karung goni atau kaleng tertutup rapat lalu disimpan digudang penyimpanan yang tempatnya kering.b. Penyimpanan dalam bentuk biji kering.c. Kupas polong kacang tanah kering dengan tangan atau alat pengupas kacang tanah. Jemur (keringkan) biji kacang tanah hingga berkadar air 9% lalu masukan ke dalam wadah. 3.7.4. Pengemasan dan PengangkutanPengemasan bisa dilakukan untuk produk mentah/polong mentah dalam bungkus plastik per 10 kg. Dapat juga berupa kemasan kue atau bentuk makanan yang sudah dimasak seperti kacang rebus, kacang goreng dan berbagai jenis kue dari kacang tanah.Untuk pengangkutan pada prinsipnya yang pentuing kondisi komoditi tersebut tidak rusak atau tidak berubah dari kualitas yang sudah disiapkan. IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA4.1. Analisis Usaha BudidayaPerkiraan analisis usaha tani kacang tanah seluas 1 hektar per musim tanam (3 bulan) pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat dapat dirinci berikut ini:

a. Biaya produksi1. Sewa lahan 1 musim tanam2. Bibit: benih 200 kg @ Rp 4.000,-3. Pupuk- Urea: 100 kg @ Rp. 1.500,-- TSP: 100 kg @ Rp. 1.800,-- KCL: 50 kg @ Rp. 1.650,-4. Pestisida: 2 liter @ Rp. 50.000,-5. Peralatan6. Tenaga kerja- Pengolah tanah 50 HKP @ Rp 10.000,-- Penanaman dan pemupukan 5 HKP + 15 HKW- Penyiangan dan pembubutan 4 HKP + 5 HKW7. Panen dan pasca panen 4 HKP + 10 HKW8. Lain-lainJumlah biaya produksib. Pendapatan1. Berupa polong kering 2.000 kg @ Rp. 2.000,-2. Berupa biji kering (rendemen 0,6): 2.000 kg @ Rp. 4.000,-c. Keuntungan bersih1. Berupa polong kering2. Berupa biji keringd. Parameter kelayakan usaha1. O/I berupa polong kering2. O/I berupa biji Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp.Rp. 500.000,-800.000,-150.000,-180.000,-82.500,-100.000,-200.000,-500.000,-112.500,-77.500,-115.000,-150.000,-2.967.500,-4.000.000,-4.800.000,-1.032.500,-1.832.500,-= 1,348= 1,618
Catatan : HKP : Hari kerja pria, HKW : Hari kerja wanita. 4.2. Gambaran Peluang AgribisnisProduksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum, meskipun bibit unggul yang berproduksi tinggi sudah diciptakan, namun dalam praktek produksinya belum memenuhi harapan. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Yang terjadi di lapangan, sebelum panen tiba, para tengkulak mulai melakukan pembelian di areal pertanaman secara besar-besaran (Jawa: ditebas) dan para tengkulak kemudian menjual ke pabrik-pabrik minyak goreng.Hal yang paling mendapat sorotan pemerintah, selama tahun 1969-1991, produksi dan produktivitas kacang tanah nasional meningkat terus. Di Indonesia, angka produksi kacang tanah diantara jenis kacang-kacangan lainnya, menempati urutan ke-2 setelah kedelai. V. STANDAR PRODUKSI5.1. Ruang LingkupStandar produksi kacang tanam meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan, pengemasan dan rekomondasi.5.2. DiskripsiStandar mutu kacang tanah di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3921-1995.5.3. Klasifikasi dan Syarat MutuKacang tanah digolongkan dalam 3 jenis mutu: mutu I, mutu II dan mutu IIIa. Syarat umum1. Bebas hama penyakit.2. Bebas bau busuk, asam, apek dan bau asing lainnya.3. Bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida.4. Memiliki suhu normal. b. Syarat khusus mutu kacang tanah biji (wose)1. Kadar air maksimum (%): mutu I=6; mutu II=7; mutu III=8.2. Butir rusak maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2.3. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=5; mutu III=10.4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=3.5. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=2; mutu III=4.6. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=0,5; mutu III=3.7. Diameter : mutu I minimum 8 mm; mutu II minimum 7 mm; mutu III maksimum 6mm. c. Syarat khusus mutu kacang tanah polong (gelondong)1. Kadar air maksimum (%): mutu I=8; mutu=9; mutu=9.2. Kotoran maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3.3. Polong keriput maksimum (%): mutu I=2; mutu II=3; mutu III=4.4. Polong rusak maksimum (%): mutu I=0,5; mutu II=1; mutu III=2.5. Polong biji satu maksimum (%): mutu I=3; mutu II=4; mutu III=5.6. Rendemen minimum (%): mutu I=65; mutu II=62,5; mutu III=60. Untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang sesuai dengan syarat, maka harus dilakukan beberapa pengujian, yaitu:d. Penentuan adanya hama dan penyakit, bau dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera penglihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperoleh.e. Penentuan adanya butir rusak, butir warna lain, kotoran dan butir belah dilakukan dengan cara manual dengan pinset. Presentase butir warna lain, butir rusak, butir belah, butir keriput, dan kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat 100 %.f. Penentuan diameter dengan menggunakan alat pengukur dial caliper.g. Penentuan kadar air biji harus ditentukan dengan alat mouture tester electronic yang telah dikalibrasi atau dengan distilasi dengan toulen (AOAC 9254). Untuk mengukur kadar air, kacang tanah polong harus dikupas dahulu kulitnya, selanjutnya biji kacang tanahnya diukur kadar airnya.h. Penentuan suhu dengan alat termometer.i. Penentuan kadar aflatoksin. 5.4. Pengambilan ContohContoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung, dengan maksimum 30 karung dari tiap partai barang. Kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500 gram. Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal, cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa untuk kacang wose 100 gram dan kacang tanah gelondong 200 gram.Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat yaitu orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih dahulu, dan mempunyai ikatan dengan suatu badan hukum dan mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. 5.5. PengemasanKacang tanah dikemas dalam karung goni atau dari bahan lain yang sesuai kuat dan bersih dan mulutnyadijahit, berat netton setiap karung maksimum 75 kg, dan tahan mengalami handing baik pada pemuatan maupun pembongkaran.Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dengan jelas terbaca antara lain:a) Produksi Indonesia.b) Daerah asal produksi.c) Nama dan mutu barang.d) Nama perusahaan/pengekspor.e) Berat bruto.f) Berat netto.g) Nomor karung.h) Tujuan.VI. REFERENSI6.1. Daftar Pustakaa) Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.b) Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.c) Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Sumber; http://warintek.progressio.or.id